Emisi karbondioksida dari waktu ke waktu terus meningkat baik pada
tingkat global, regional, nasional pada
suatu negara maupun lokal untuk
suatu kawasan. Hal ini terjadi karena
semakin besarnya penggunaan
energi dari bahan
organik (fosil), perubahan tataguna
lahan dan kebakaran
hutan, serta peningkatan
kegiatan antropogenik (Slamet, 2008).
Beberapa penelitian yang dilakukan di atas menunjukkan masih banyak
kelemahan dan kekurangan terutama pada efisiensi proses dan produk yang
dihasilkan maka penelitian untuk melakukan optimasi elektroreduksi CO2
menjadi produk yang lebih bermanfaat masih perlu dilakukan. Peneliti
mengusulkan untuk melakukan konversi karbondioksida menjadi metanol dan gas
metana dengan mendesain serta merancang alat yang mampu mengkonversi CO2
menggunakan metode reduksi elektrokimia (electroreduction).
Peneliti mengusulkan penggunaan akrilik sebagai bahan pembuatan reaktor yang
tahan terhadap reaksi kimia serta efisien dalam pengerjaan. Langkah yang
dilakukan adalah pembuatan dan uji coba alat konversi CO2 menjadi senyawa yang lebih bermafaat.
Dengan adanya hibah dari DIKTI tahun anggaran 2015, semoga alat konversi ini mampu memberikan solusi dalam pengolahan limbah gas kendaraan bermotor yang selama ini menjadi "momok" bagi masyarakat dunia, terutama pemerintah indonesia. [hkm]